"Welcome to My Blog"

WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 30 Desember 2010

Kiat Anti Stres: Beranilah Bilang "Tidak"




Berani melakukan penolakan atau mengatakan tidak, menjadi cara menyehatkan untuk mengusir stres dalam diri. Terutama bagi Anda yang kerapkali mengiyakan berbagai permintaan atau keinginan, sementara di sisi lain Anda merasa begitu tertekan dan tak tenang. Mengapa Anda boleh melakukan penolakan?

Bilang tidak tak berarti Anda egois
Menolak atau mengatakan tidak berarti Anda egois. Ketika Anda berani mengatakan tidak atas sebuah tawaran menarik (apapun itu dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi) artinya Anda menghargai tanggung jawab yang saat ini Anda miliki. Anda juga menegaskan bahwa Anda mampu dan berdedikasi memberikan waktu berkualitas menjalani tanggung jawab tersebut.

Bilang tidak akan membuka kesempatan mencoba hal baru
Boleh jadi Anda dikenal sebagai individu murah hati. Anda selalu siap mengulurkan tangan membantu menyelesaikan sejumlah pekerjaan. Namun bukan berarti Anda harus selalu ada setiap kali dibutuhkan. Berikan waktu untuk diri Anda sendiri dengan berani mengatakan tidak. Dengan begitu Anda bisa mengejar kesempatan lain, melakukan hal baru yang Anda sukai.

Terlalu sering mengiyakan itu tidak sehat lho!
Segala hal yang berlebihan tak menyehatkan. Termasuk saat Anda menghabiskan terlalu banyak waktu bekerja, mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan tanggung jawab Anda, selalu mengiyakan saat diminta bantuan. Sesekali katakan tidak, jangan selalu mengiyakan, jika tak ingin energi habis terkuras dan berisiko mengganggu kesehatan fisik.

Memberikan peluang kepada orang lain untuk berkembang
Dengan mengatakan tidak Anda telah membuka pintu kesempatan bagi orang lain untuk berkembang. Tentunya tak hanya Anda yang ingin sukses mengerjakan suatu proyek atau pekerjaan. Orang lain juga butuh kesempatan mengembangkan kualitas dirinya.

Jalan Menuju Surga

SURGA???? Siapa sih yang tidak tahu?? Siapa juga yang tidak ingin menjadi penghuni surga tersebut. Pasti semua ingin menjadi salah satu penghuni tempat yang indah itu.
Hem,..Sesungguhnya jika diperhatikan hadits-hadits Rasulullah saw bahwa banyak amalan sederhana yang jika dilakukan akan mengantarkan kita menjadi ahlul jannah, di antaranya adalah:
Ø Menghormati kedua orangtua, tidak menentang orang tua. Tyel;ah dikatakan bahwa ridho Alloh tergantung ridho dari orangtua.
Ø Melaksanakan shalat subuh dan ashar. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang shalat dua waktu dingin (subuh dan ashar), maka ia akan masuk surga (HR. Bukhari).
Ø Tauhidkan Allah dan melaksanakan ibadah fardhu. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang Badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku satu amalan yang jika aku laksanakan dapat mengantarkanku ke dalam surga?” Beliau menjawab, “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya terhadap apapun, melaksanakan shalat fardhu, membayar zakat yang wajib serta melaksanakan puasa di bulan ramadhan.” (HR. Bukhari)
Ø Bersyukur apabila mendapat nikmat
Banyak manusia yang lupa akan karunia Alloh. Terkadang mereka tidak sadar jika nikmat yang mereka dapatkan adalah pemberian dari Alloh SWT. Untuk itu kita perlu bersyukur ketika kita mendapat nikmat.
Ø Mentaati Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku masuk surga, dan siapa yang maksiat terhadapku (tidak mentaatiku) maka ia adalah yang enggan.” (HR. Bukhari)
Ø Sabar apabila mendapat kesulitan
Sesungguhnya Alloh SWT tidak pernah memberikan masalah kepada umat-Nya jika mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya.
Nah jika jika mendapat kesulitan, kita jangan semata- mata menyalahkan Alloh, menganggapNya tidak Adil. Justru dari kesulitan kita akan mendapatkan pahala jika kita menghadapinya dengan penuh kesabaran.
Ø Beramal sosial. Kita sebagai makhluk sosial hendaknya mau untuk beramal. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau berkata, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang telah memberikan makan pada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menjenguk saudaranya yang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua hal di atas terkumpul dalam diri seseorang, melainkan ia akan masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Dari hal- hal di atas apakah kelakuan, sikap, tindakan kita sudah mencerminkan hal- hal tersebut? Apakan kita juga termasuk menjadi penghuni surga????? Itu tergantung diri masing- masing. . .

Selasa, 21 Desember 2010

Cara meminta maaf yang baik


Bagaimana Cara meminta maaf yang baik  dan yang buruk?


Bagaimana Cara meminta maaf yang baik  dan yang buruk?
A melihat permintaan maaf seseorang merupakan sarana manipulatif untuk membuat orang lain terdiam dan mencoba meraih moralitas dari sesuatu yang luhur menjadi terpuruk.

Si A mengatakan kepada saya, ”Saya tidak pernah minta maaf dan saya juga tidak menerima permintaan maaf dari orang lain. Karena bila orang meminta maaf pada saya, mereka mencoba untuk membuat saya terdiam dari kemarahan oleh perbuatan yang dilakukannya. Dan sebenarnya saat mereka meminta maaf, mereka merasa seperti ini. ’Lihatlah saya sudah berusaha membuatnya diam dan sudahlah tidak perlu diperpanjang lagi....’”


Permintaan maaf yang baik

Sedangkan H menyatakan bahwa setelah dia mendengar pendapat si A, ia merasa , ”Wah, benar-benar berbeda pendapat A tentang permintaan maaf dengan saya, sedangkan saya merasa bahwa apabila seseorang menyatakan dengan tulus permintaan maafnya, saya langsung merasa lega dan terbebas dari kemarahan dan terasa nyaman di hati. Dan apabila saya menyatakan permintaan maaf kepada seseorang dengan rasa tulus pula, maka saya juga merasa telah memenuhi kewajiban saya sehingga saya merasa benar-benar lega. Dengan demikian, rasa salah saya hilang dan dengan permintaan maaf, saya berharap relasi yang menjadi buruk oleh perlakuan saya tersebut bisa menjadi pulih kembali.”

Cara meminta maaf yang baik, tips meminta maaf, tips meminta maaf yang baik, cara meminta maaf, meminta maaf, maaf, Bagaimana cara meminta maaf
 
H selanjutnya berpendapat bahwa tanpa kemungkinan permintaan maaf kepada manusia, maka kekurangan yang menjadi sifat manusia akan dirasakan sebagai sesuatu yang tragis. Penyampaian permintaan maaf yang lembut dan tulus, menjadi tuntutan sosial bagi perbaikan penghayatan kenyamanan dan integritas bagi seseorang yang benar-benar secara jujur mengakui telah berbuat salah.

Namun, sejauh itu A dan H memiliki kesamaan pendapat bahwa perempuan lebih sering meminta maaf daripada laki-laki. Bahkan, sering perempuan merasa bersalah apabila mereka tidak mampu memberikan pelayanan afektif kepada orang lain, dan secepat itu pula perempuan merasa bertanggung jawab terhadap relasi yang terjalin dengan orang lain, menjadi tidak nyaman, yang sering diikuti dengan permohonan maaf.

Cara meminta maaf yang baik, tips meminta maaf, tips meminta maaf yang baik, cara meminta maaf, meminta maaf, maaf, Bagaimana cara meminta maaf
 
Permintaan maaf yang buruk
Memang tidak setiap permintaan maaf meninggalkan rasa nyaman pada orang lain atau pada diri kita sendiri. Karena permintaan maaf sering ditawarkan kepada kita dilakukan tanpa ketulusan yang hakiki, tetapi sekadar hanya merupakan upaya ringan untuk keluar dari situasi yang sulit. Atau, mungkin kata maaf yang terlontar hanya membuat seseorang keluar dari keadaan terpojok.

Misalnya, kita pasti merasa kurang nyaman apabila pasangan kita mengatakan, ”Maaf, ya saya tadi membuatmu marah dengan kritik saya di muka teman-temanmu tentang lelucon yang kamu ceritakan kepada mereka.”

Dengan ungkapan tersebut pasti kita akan merasa disudutkan sebagai orang yang sensitif yang membuat kita cepat berang. Andaikata kita ditanya tentang permohonan maaf yang bagaimana yang sebenarnya kita harapkan, maka ungkapan berikut inilah jawabannya:

”Maaf ya, saya tadi mengkritikmu saat kamu cerita tentang lelucon di hadapan teman-temanmu, karena saya merasa sebagai suami, saya wajib memerhatikan perilaku sosialmu agar reputasimu tetap terjaga.”

Kecuali itu, permintaan maaf yang dirasionalisasi pun tidak membuat orang nyaman, seperti misalnya: ”Wah, saya sudah mencoba menelepon kamu beberapa kali, tetapi tiba-tiba tangan saya terkilir dan saya tidak bisa menekan tombol telepon lagi.”

Atau ”Maaf, ya..., soalnya kamu tidak pernah bertanya apakah saya sudah menikah dengan 2 orang anak atau masih lajang.”

Komentar:

Apabila kita melakukan konfrontasi terhadap sesuatu yang tidak dilakukan atau yang dilakukan pasangan kita, misalnya, sebenarnya akan lebih memuaskan teman berelasi atau pasangan kita sendiri, jika permohonan maaf kita disampaikan dengan tulus. Misalnya: ”Saya benar-benar minta maaf, ya.” Atau ”Maaf ya, lama sekali saya tidak kontak kamu.”

Seyogianya kita tidak sekalipun menambahkan upaya rasionalisasi yang terkesan mengada-ada, karena dengan rasionalisasi, tanpa kita sadari kita menyatakan bahwa kesalahan bukan dari diri kita.

Pasangan lelaki yang sedang menjalani konsultasi perkawinan dengan saya mengatakan bahwa ia sering jengkel apabila istrinya setiap saat mengungkit perselingkuhan yang telah diselesaikan 3 bulan lalu, merespons istrinya dengan permintaan maaf : ”Maaf, ya. Mengapa kamu selalu mengungkit perselingkuhan yang sudah saya bereskan 3 bulan lalu. Saya mau mulai memperbaiki hubunganku denganmu.” Itu dengan suara keras setengah membentak, sampai istrinya terdiam dan akhirnya menangis.

Permintaan maaf yang seyogianya dilakukan adalah: ”Cobalah pikirkan, cara kamu selalu mengungkit perselingkuhanku yang sebenarnya telah selesai setiap kamu jengkel pada saya, cara itu sangat tidak baik untuk dirimu sendiri. Pasti akan membuka luka batinmu sendiri, kalau memang kamu belum puas terhadap penjelasanku tentang perselingkuhan itu, saya akan berikan waktu khusus untuk membicarakannya, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Percayalah, bahwa saya benar-benar mau memperbaiki hubungan denganmu.”

Nah, selanjutnya, kita pulangkan semua pemahaman akan permintaan maaf dalam kalbu kita yang paling dalam. Setujukah kita pada pendapat A atau pendapat H. Kemudian dengarkanlah dengan cermat apa kata nurani kita yang paling dalam, sambil mempertimbangkan perasaan pasangan kita. Maksudnya, agar permintaan maaf yang perlu kita sampaikan membuat perasaan kita dan pasangan kita atau orang yang berelasi dengan kita menjadi nyaman kembali dan relasi yang terjalin pun pulih.